Monday, February 24, 2014

Sejarah Pagar Nusa


SEJARAH IPS NU PAGAR NUSA

Pagar Nusa sebagai organisasi di bawah naungan Nahdlatul Ulama bertugas menggali, mengembangkan, dan melestarikan pencak silat warisan wali songo khususnya dan budaya pencak silat Indonesia pada umumnya.
Dibentuk dan didirikan oleh para pendirinya tanggal 3 Januari 1986 dipondok pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur. Surat Keputusan NU tentang pengesahan pendirian dan kepengurusan di sahkan 9 Dzulhijjah 1406 H / 16 Juli 1986 berawal dari sebuah perhatian dan sekaligus keprihatinan tentang surutnya dunia persilatan diperalatan pondok pesantren. Padahal pada awalnya pencak silat merupakan kebanggaan yang menyatu dengan kehidupan dan kegiatan pondok pesantren.
Tanda-tanda kesurutan antara lain : Hilangnya peran pondok pesantren sebagai padepokan pencak silat. Awalnya pondok pesantren bisa diibaratkan sebagai sentral kegiatan pencak silat. Kyai atau Ulama pengasuh pondok pesantren selalu melengkapi dirinya dengan ilmu pencak silat khususnya aspek tenaga dalam atau karomah yang dipadu dengan beladiri. Pada saat itu seorang Kyai sekaligus juga menjadi pendekar pencak silat.
Disisi lain tumbuh menjamurnya perguruan pencak silat yang lahir seperti jamur dimusim penghujan. Dengan segala keanekaragaman baik dilihat dari segi agama, aqidah maupun kepercayaannya, satu sama lain bersifat tertutup menganggap dirinya paling baik dan paling kuat. Kebanyakan bersifat lokal sehingga tumbuhnya menjamur dan berguguran setelahnya. Untuk itulah ketika H. Suharbillah bertemu K.H. Musthofa Bisyri dari Rembang dan sambatan tentang pencak NU secara khusus beliau
mempertemukan dia dengan K.H. Agus Maksum Jauhari yang memang sudah masyhur ahli beladiri.
Keadaan yang demikian mendorong para Ulama dan pimpinan pondok pesantren, pendekar serta tokoh-tokoh pencak silat untuk musyawarah khususnya mencari jalan keluar, yaitu membuat suatu wadah yang khusus mengelola pencak silat Nahdlatul Ulama. Pada tanggal 12 Muharram 1406 H bertepatan tanggal 27 September 1985 berkumpullah para Ulama dan para pendekar di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang Jawa Timur untuk musyawarah dan sepakat membentuk suatu wadah yang khusus mengurus pencak silat Nahdlatul Ulama. Musyawarah tersebut dihadiri tokoh-tokoh pencak silat dari daerah Jombang, Ponorogo, Pasuruan, Nganjuk, Cirebon, Kalimantan dan Kediri.
Dalam musyawarah tersebut disepakati bahwa akan segera dibentuk suatu wadah pencak silat Nahdlatul Ulama.
Surat Keputusan Resmi pembentukan Tim Persiapan Pendirian Perguruan Pencak Silat milik NU disahkan tanggal 27 Rabiul Awwal 1406 H / 10 Desember 1985 M dan berlaku sampai dengan 15 Januari 1986.
Musyawarah berikutnya diadakan di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur pada tanggal 3 Januari 1986. Hadir dalam pertemuan tersebut para tokoh pencak silat antara lain dari Pasuruan, Ponorogo, Jombang, Nganjuk, Cirebon, Kalimantan, Lumajang dan Kediri. Sedangkan Utusan dari PWNU Jawa Timur yaitu Bukhori Susanto yang berasal dari Kabupaten Lumajang dan K. Suharbillah, SH LLT dari pondok pesantren An-Najiyah Sidosermo Surabaya.
Dalam musyawarah tersebut disepakati susunan pengurus harian Jawa
Timur yang merupakan embrio pengurus pusat sebagai berikut :
Ketua Umum          : KH. Agus Maksum Djauhari
Sekretaris                : Drs. H. Fuad Anwar
Ketua Harian          : KH. Drs. Abdur Rahman Utsman
Ketua I                   : H. Suhar Billah, SH LLT
Sekretaris                : Drs. H. Fuad Anwar
Sekretaris I             : Drs. H. Kuncoro
Sekretaris II            : Ashar lamro
Nama yang disepakati adalah Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama yang disingkat IPS NU. Pada waktu audensi dengan Pengurus Wilayah NU Jawa Timur diusulkan nama oleh KH.Anas Thohir selaku Pengurus Wilayah NU Jawa Timur adalah Ikatan Pencak Silat NU Pagar Nusa yang merupakan kepanjangan dari Pagarnya NU dan Bangsa. Nama tersebut diciptakan oleh KH. Mujib Ridwan dari Surabaya, putra dari KH. Ridlwan Abdullah, pencipta lambang NU. Simbol terdiri dari segi lima dengan warna dasar hijau dengan bola dunia didalamnya, didepannya ada pita bertulis Laa Gholiba illa billah yag artinya tiada yang menang  kecuali mendapat pertolongan dari Allah. Dilengkapi dengan bintang sembilan dan trisula sebagai symbol pencak silat. Lambang tersebut diusulkan oleh H. Suhar Billah SH, LLT yang kemudian disempurnakan dan diubah menjadi segi lima oleh peserta musyawarah III di Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang KH. Sansuri Baidlowi sebagai sesepuh dan penasehat yang sempat hadir dalam acara tersebut menegaskan bahwa :
Logo yang berbunyi      : Laa Gholiba Illallah
Diubah menjadi            : Laa Gholiba Illa Billah

0 comments:

Post a Comment